GAME ONLINE? SIAPA TAKUT! (Esai)



  “Jangan pacaran sama anak gamers, kamu nggak bakalan diperhatiin” ,mau jadi apa kamu nak? Kerjamu hanya main game mulu!” itulah asumsi-asumi serta bentuk justifikasi terhadap mereka yang menjadikan game online sebagai hobinya.

 setip orang memiliki minatnya masing-masing, tapi kenapa barang yang satu ini kerap disandingkan dengan miras dan narkotika, perusak bangsa maksud saya. Introvert, anti-sosial dan individualis adalah tiga kata yang terngiang dalam benak masyarakat saat mendengar kata game online.

Cobalah berpikir cerdas dan tidak meniru gaya menalar orde baru yang syarat akan hegemoni dan kebenaran tunggal. Mari menilai fenomena game online saat ini berdasarkan realita yang ada, dan bukan pada anggapan idealis ygang mengganggap bahwa pintar matematika dan selalu belajar adalah cerminan orang yang sukses.

Saya tidak sabar memaparkan butir-butir argumen yang menyangkal segala tuduhan tentang betapa terkucilkannya para gamer dari lingkungan sosial, tapi sekali lagi, teori penulisan yang kaku menyarankan untuk memulai dengan sebuah definisi. jadi mau tidak mau saya ikuti saja, toh tidak haram hukumnya. Game online bukan makanan, bukan juga merek celana dalam, tetapi sejenis permainan berbasis teknologi komputer yang terhubung dengan jaringan internet, baik itu lewat HP maupun laptop. Apalagi ? kalian meminta referensi dan bukti, hentikan! Bahkan anak kecil tau apa itu game, dan apa itu online.

Dimanapun saya berada, selalu menemukan orang yang bermain game online. Terlihat menyenangkan dengan atmosphere yang riang disertai tawa yang menyejukan mata. Di salah satu kafe di manado, tempat saya biasanya duduk untuk menikmati segelas kopi, terlihat orang-orang dari profesi, umur dan gender yang berbeda terhanyut dalam harmoni game online . Mulai dari dua orang pria yang melepas penat sehabis pulang kerja, sekelompok wanita karir yang sibuk membicarakan teman sejawatnya, maupun mahasiswa yang hanya sekedar menikmati hangatnya capucino. Mereka selalu menyertakan game online sebagai pengisi ruang canda di antara mereka.

Ada game yang bertajuk Mobile legend, Arena of Valor atau yang lebih sederhana seperti monopoli dan ular tangga. Terdapat lebih dari 25 juta pemain game online di Indonesia saat ini, dan 4% dari jumlah tersebut berasal dari manado. Setiap tahun jumlah tersebut bertambah lima sampai tujuh persen berdasarkan data yang dihimpun Tribun manado.

Walaupun game online diminati oleh seluruh lapisan masyarakat, tapi mayoritas gamer (red: orang yang bermain game) adalah orang dengan usia 12 – 24 tahun. Saya bukan asal berasumsi atau bacot belaka, melainkan keseharian saya sebagai anak muda yang selalu mendapati mereka saat sedang menyetubuhi layar gadget. Contohnya ketika mengetik tugas kuliah di warnet, disamping saya selalu saja ada beberapa anak SMP yang saling beradu kekuatan di atas keyboard dan layar monitor.

Setelah kelas bubar, sambil menunggu waktu makan siang, teman-temanku sesama mahasiswa mulai mengatur soal siapa lawan siapa dalam pertempuran di game online. Tidak ada batas pria maupun wanita. Semua menggemari game ini.  namanya saja hobi, jadi tidak meski semua harus dipaksanakan untuk suka. Cuma bukan berarti kalian menghakimi sebuah hiburan secara subjektif dan semena-mena. Seperti abang janggut yang kebiasaanya mengkafirkan apapun yang berbeda darinya.

   Dimanapun, game ini selalu menjadi pengisi waktu tatkala suntuk datang menghantui. Ia menjadi pembunuh rasa bosan yang jika tidak ditangani dengan tepat, maka kebanyakan anak muda akan mencari sesuatu yang dapat memberikan kesenangan secara instan, yah, contoh physicotropika, alkohol atau yang paling sederhana, sebungkus rokok bisa jadi pemberi kenyamanan tanpa manfaat.

Waktu ngumpul sering jadi saat paling pas untuk memulai permainan game online.  Ia memberi ruang bagi indahnya kebersamaan dan interaksi sosial. Dengan bermain game online, anak muda dapat berbagi cerita dan memperkuat kekompakan lewat strategi untuk mengalahkan kelompok lawan di sebelah sana, ataupun ketika ingin mengalahkan sesama mereka.

Hal tersebut dapat dilakukan dimanapun asal punya jaringan internet yang baik. Bisa rumah, kafe, kampus, taman maupun warung internet. Di tempat seperti itulah kita akan belajar mengenali kepribadian lain selain diri kita sendiri berdasarkan sikap yang ditunjukan ketika bermain game online. Indah ? pembaca yang anti-pati terhadap gamer tentu tahu betul apa arti kuper (kurang pergaulan) bukan ?Terlalu bodoh jika mengenal orang baru dan mendapat teman dianggap demikian.

    Saya sering bertukar pandangan dengan teman-teman sesama gamer mulai dari yang militan hingga yang bermain game hanya untuk sekedar mengisi waktu luang. Semuanya memiliki kesamaan presepsi, yaitu ketertarikan yang lebih besar kepada game online daripada hanya sekedar menghabiskan energi di game-game offline tak berguna itu. Sudah bikin baterai gadgetmu habis, statis pula. Berbeda dengan game online yang dapat menghubungkanmu dengan orang lain, baik dalam taraf lokal, nasional bahkan kita bisa berinteraksi dengan orang diluar nusantara.

Selain bisa saling adu skill, fitur chating pada aplikasi game online memunkinkan kita menemukan teman, pacar bahkan jodoh layaknya Marie dan Jaycoul back yang berakhir di pelaminan seperti yang dilansir detik.com.

Game Online bukan lagi hal yang dikonsumsi secara individual bahkan  merubah sikap seorang pemuda menjadi individualis dan anti-sosial, melainkan sebuah bentuk ikatan yang mengintegrasi anak-anak muda kedalam suatu kegiatan sosial yang jauh dari narkotika dan alkohol. Merubah gaya hidup mereka yang cenderung menutup diri ke keadaan dimana mereka dapat menemukan cara bersosialisasi dengan dunia luar lewat hobi dan minat yang masih di pandang sebelah mata oleh kebanyakan manusia.

Terbukti dengan menjamurnya komunitas pecinta game online di Manado, dari yang anggotanya sedikit hingga yang mencapai 250 seperti komunitas COC knight. Mereka tidak hanya duduk dan berpacu terus-menerus dengan game, tetapi sebagai sebuah wadah pemuda, mereka kerap melakukan bakti sosial dan anjang sana. Kegiatan tersebut diliput dan diwartakan oleh tribun news manado.

Selain itu, banyak juga event lokal untuk para peminat Game online, salah satunya pertandingan mobile legend yang diselenggarakan di kafe muka rumah awal desember lalu. Event itu diikuti oleh seluruh pecinta mobile legend di manado, baik yang hanya datang untuk sekedar menyaksikan atau yang ikut berkompetisi.

 Saya yang pada saat itu hadir disana, melihat betapa hangatnya interaksi yang kami lakukan satu sama lain. Tertawa, bercanda maupun sekedar bertegur sapa, baik tentang game online itu sendiri atau prahara soal cinta dan sahabat. Walaupun tidak se aktif dan se fanatik teman-teman yang lain, tapi selama bergaul dan mengamati gamer di sekitar saya, mereka sama sekali tidak mempunyai kesulitan dalam bergaul dengan gamer maupun non-gamer. mengapa tidak, komunitas plural tempat mereka bersosialisasi membuat mereka memahami dan terbiasa bertatap muka dengan orang baru.

Buang jauh-jauh pikiran tentang bunuh diri, sakit yang tak terdeksi atau kelainan jiwa yang akan diderita oleh seseorang yang keseringan bermain game online. Karena segala sesuatu pasti punya sisi negatif dan positif. Bak pisau yang sangat tajam, game online memberi dampak tergantung siapa, bagaimana, bahkan berapa lama ia bermain game online. Jadi toleransi bukan cuma tentang agama, tetapi bagaimana kita menghargai bakat dan minat orang lain.

Komentar